Cari Blog Ini

Minggu, 16 Oktober 2011

SIRKUMSISI

Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah (Journal of Men’s Studies, Amerika Serikat). Sirkumsisi juga diharuskan dalam agama, misalnya Islam dan Yahudi. Bahkan pada awalnya para pendeta Kristenpun diharuskan sunat.

car9xkod

Ada 3 alasan utama orang menjalani sirkumsisi :
1. Karena indikasi medis.
2. Tindakan pencegahan penyakit (untuk masa depan).
3. Alasan agama/keyakinan.

Sirkumsisi (circumcision) dapat dilakukan dengan cara tradisional dan medis, di dalam dunia kedokteran, ada beberapa langkah yang dilakukan ketika melakukan sunat:
Pertama-tama mengiris kulit di bagian punggung penis (dorsumsisi). Ini dilakukan untuk mengeluarkan ujung bagian dalam penis. Kedua, mengiris kulit kulup yang mengelilingi penis (sirkumsisi). Dengan begitu, penis jadi terbuka. Setelah itu menjahit luka irisan tersebut agar penyembuhannya berlangsung cepat dan tidak timbul komplikasi.
Selain cara klasik di atas, masih ada banyak cara untuk menyunat. Di antaranya adalah:
Cara kuno
Dengan menggunakan sebilah bambu tajam. Para bong supit alias mantri sunat langsung memotong kulup dengan bambu tajam tersebut. Namun cara ini mengandung risiko terjadinya perdarahan dan infeksi, bila tidak dilakukan dengan steril.
Metode cincin
Dicetuskan oleh oleh dr. Sofin, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, dan sudah dipatenkan sejak tahun 2001.
Pada metode ini, ujung kulup dilebarkan, lalu ditahan agar tetap meregang dengan cara memasang semacam cincin dari karet. Biasanya, ujung kulup akan menghitam dan terlepas dengan sendirinya. Prosesnya cukup singkat sekitar 3-5 menit.
Metode mangkuk.
Metode ini lebih cocok dilakukan untuk balita atau anak yang memiliki pembuluh darah pada kulup lebih kecil dari ukuran normal.
Metode lonceng.
Di sini, tidak dilakukan pemotongan kulup. Ujung penis hanya diikat erat sehingga bentuknya mirip lonceng. Setelah itu, jaringan akan mati dan terlepas dengan sendirinya dari jaringan sehat. Hanya saja metode ini waktu yang cukup lama, sekitar dua minggu. Alatnya diproduksi di beberapa negara Eropa, Amerika, dan Asia dengan nama Circumcision Cord Device.
Dengan laser CO2.
Fasilitas Laser CO2 sudah tersedia di Indonesia. Salah satunya, di Jakarta. Laser yang digunakan adalah laser CO2 Suretouch dari Sharplan. Berikut tahapan sunat dengan laser tersebut:
setelah disuntik kebal (anaestesi lokal), preputium ditarik, dan dijepit dengan klem. Laser CO2 digunakan untuk memotong kulit yang berlebih.Setelah klem dilepas,kulit telah terpotong dan tersambung dengan baik, tanpa setetes darahpun keluar. Walaupun demikian kulit harus tetap dijahit supaya penyembuhan sempurna. Dalam 10-15 menit, sunat selesai. Cara sirkumsisi seperti ini cocok untuk anak pra-pubertal, namun kurang cocok untuk dibawa-bawa kelapangan misalkan pada khitan masal, karena disamping alat ini mahal dan berat dalam pengoperasiannya mutlak memerlukan jaringan listrik.
Khitan metode Electrocautery
Metode pemotongan dengan solder panas ini sempat booming beberapa tahun belakangan ini, masyarakat awam menyebutnya khitan laser. Metode pemotongan elektrokauter inipun mutlak membutuhkan energi listrik (PLN) sebagai sumber dayanya. Namun belakangan ini metode elektrokauter ini banyak mendapat sorotan karena :
- Dapat menimbulkan luka bakar yang cukup serius.
- Tidak praktis karena mutlak membutuhkan jaringan listrik (PLN)
- Jika ada kebocoran (kerusakan) alat, dapat terjadi sengatan listrik yang sangat berbahaya bagi pasien maupun operator.
Persiapan, Perlengkapan Khitan
PerlengkapanSebelum mulai menerima pasien untuk dikhitan, terlebih dahulu kita harus melakukan persiapan.
1. Minor set/Sirkum Set terdiri dari :
- gunting dengan ujung tajam dan tumpul,
- pinset anatomis,
- Klem lurus 3 buah,
- Klem bengkok (mosquito) 1 buah,
- Neddle holder 1 buah- semuanya berukuran kecil-sedang bukan yang besar-besar.
2. Wadah stainles untuk minor set- semuanya ini dalam kondisi steril
3. Jarum cutting ukuran kecil-sedang dan benang cat-gut plain ( lebih baik lagi bila ada yang atraumatik)
4. Spuit 3 cc dan lidocain 2% atau Pehacain
5. Kassa steril yang cukup
6. Plester .
7. Trifamycetin zalf atau sofratule bila ada.
8.Duk steril bolong, handskun steril ukuran sesuai tangan
9. Meja untuk pasien berbaring beserta perlaknya dan kipas angin, serta pencahayaan yang baik atau headlamp.
10. Adrenalin yang sudah dimasukkan dalam spuit untuk jaga-jaga saja
11. Alkohol 70 % dan betadine
12.Tempat sampah
Setelah persiapan lengkap lidocain sudah masuk dalam spuit sebanyak 2,5 cc, jarum sudah dipegang oleh needle holder serta benang catgut sudah terpasang ( "klik" 2 kali ) di pantat jarum, barulah kita panggil pasien.
Evaluasi kelayakan prakhitan ( prasirkumsisi)
A. Evaluasi kelayakan

wwwSebelum memutuskan apakah pasien dapat dikhitan serta untuk menghindari penyulit pada saat atau sesudah proses khitan, atau kemungkinan adanya kontraindikasi klhitan ada beberapa hal yang harus dicermati antaralain:
1. Hypospadia/epispadia
Hal-hal yang perlu ditanyakan/diperhatikan:
- Arah pancaran kencing ke depan, atas atau bawah.
- Apakah penis melengkung saat ereksi
- Kelainan bentuk penis, meatus uretra eksternsa, atau adanya korda.
2. Kelainan hemostasistanya:
Riwayat pendarahan lama setelah luka.
Riwayat perdarahan lama setelah cabut gigi.
Riwayat gosok gigi sering berdarah.
Riwayat kulit mudah membiru bila terkena benturan ringan.
Riwayat perdarahan lama pada keluarga ketika luka.
Riwayat operasi sebelumnya.
3. Diabetus Mellitus
Tanyakan trias DM (polidipsi, poliphagi, poliuri), pruritus, parestesi (kesemutan), riwayat DM di keluarga.4. Riwayat penyakit lainmisal asma bronkiale, epiepsi yang sewaktu-waktu bisa kambuh sehingga kita bisa menyiapkan obat-obatan.
5. Riwayat penyakit menular
semisal hepatitis B,C,D, HIV positif, AIDS.
6. Riwayat alergi obat
Riwayat reaksi gatal2, kemerahan, pusing, pingsan setelah mendapat suntikan atau obat tertentu. Bila alergi iodin bisa diganti savlon sebagai antiseptiknya.
B. Pendekatan terhadap anak.
> Seperti sifat anak pada umumnya, akan takut jika berhadapan dengan tenaga medis, jarum suntik dan peralatan medis lainnya.
> Hendaknya kita dapat mengalihkan perhatian anak misalnya dgn mengajak ngobrol membaca ayat alquran, main game dll.
> Jangan meletakkan instrumen di tempat yang mudah terlihat.
> Usahakan jangan didampingi orangtua agar anak tidak cengeng.
> Usahakan anak tidak mendengar apalagi melihat proses khitan yang disertai tangisan anak lain.
C. INFORM CONSENT
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.

Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
�Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga. �
Urutan Operasi Sirkumsisi
TEKNIK OPERASI Urutan teknik operasi :
1. Asepsis
2. Anestesi
3. Release
4. Insisi
5. Hemostasis
6. Wound suture
7. Wound care
ASEPSIS
Desinfeksi lapangan operasi dengan Povidone iodine atau betadine secara melingkar sentrifugal di area genitalia. Pada beberapa kasus didapatkan reaksi alergi oleh povine iodine. Setelah 3-5 menit bilas dengan alkohol 70 % (perhatian : bila didapatkan laserasi atau reaksi hipersensitivitas berlebihan dianjurkan tidak mengguakan alkohol) Persempit lapangan
operasi dengan doek steril berlubang.
ANESTESI
Sircumsisi pada umumnya menggunakan anestesi lokal, teknik
anastesi yang dipakai biasanya blok, infiltrasi atau gabungan keduanya. Disini penulis menggunakan anestesi infiltrasi yang membentuk ring blok.
Teknik Infiltrasi
Jarum disuntikan di daerah dorsum penis proksimal secara sub kutan, gerakkan kekanan, aspirasi, tarik jarum sambil menginjeksikan cairan anestesi, jarum jangan sampai keluar kemudian arahkan jaruh ke lateral kiri, ulangi seperti lateral kanan. Kemudian jarum injeksikan di daerah ventral dan lakukan infiltrasi seperti diatas sehingga pada akhirnya terbentuk Ring Block Massage penis, karena obat anestesi membutuhkan waktu untuk bekerja. Tunggu 3-5 menit kemudian dilakukan test dengan menjepit ujung preputium dengan klem. Apabila belum teranestesi penuh ditunggu sampai dengan anestesi bekerja kira-kira 3-5 menit berikutnya.
Pada batas tertentu bila dipandang perlu dapat dilakukan tambahan anestesi.
Mengatasi perlengketan dan membersihkan smegma.
1. Membebaskan perlengketan.
image
Perlengketan yang dimaksud disini adalah antara prepusium dan gland penis, kususnya didaerah korona glandis. Hal ini diakibatkan adanya smegma yang menumpuk dan mengeras, akibat higiene yang kurang baik atau karena kelainan phimosis.
Smegma yang terlanjur menumpuk dan mengeras sulit dibersihkan dengan tangan tanpa alat bantu. Namun hal itu tidak akan dapat dilakukan sebelum kita membebaskan perlengketan gland penis dan mukosa prepusium. Ada beberapa cara untuk melakukan hal ini diantaranya:
Teknik klem
Caranya, tarik preputium ke proksimal kemudian klem dibuka sambil didorong ke arah perlengketan. Cara ini dilakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral sampai terlihat sulkus korona glandis dan pangkal mukosa prepusium di sekeliling sulkus korona glan penis.
Keuntungan tehnik ini adalah dapat membebaskan perlengketan dengan cepat sedangkan keurangannya adalah dapat menyebabkan lecet didaerah gland dan mukosa. Yang harus diperhatikan dalam tehnik ini bahwa ujung klem harus benar-benar tumpul.
Teknik kasa
Caranya sama, preputium ditarik dengan tangan kiri ke arah proksimal sampai meregang sehingga terlihat perlengketan, tangan kanan memegang kasa steril untuk membebaskan perlengketan. Kemudian daerah perlengketan didorong dengan kasa dan didorong ke arah proksimal sehingga perlengketan terlepas sedikit demi sedikit. Keuntungan tehnik ini adalah minimnya resiko lecet atau trauma pada gland penis, namun kerugiannya adalah prosesnya memakan waktu relatif lama.
Ciri perlengketan yang sudah lepas.
Yang harus diperhatikan dari beberapa tehnik diatas adalah perlengketan sekeliling perbatasan
mukosa dan gland penis harus benar-benar bebas / lepas seluruhnya. Ciri perlengketan sudah lepas adalah sudah terlihat batas mukosa-batang penis dan sulkus korona glandis secara utuh, terlihat sebagai sudut tumpul yang melingkar sepanjang lingkaran penis.
2. Membersihkan smegma
image
Smegma yaitu sekret dari kelenjar yang dapat mengeras, berupa butiran-butiran putih seperti kapur yang berkumpul antara mukosa dan gland penis, utamanya didaerah korona glandis. Membersihkannya dengan didorong kasa steril sedikit demi sedikit. Namun jika smegma sulit dilepaskan basahilah kasa dengan iodin povidon kemudian lakukan cara yang sama dengan diatas. Jika dengan cara ini smegma masih sulit terlepas, dapat diatasi dengan klem mosquito dengan cara menjepit gumpalan smegma satu persatu, kemudian bersihkan dengan kasa yang telah dicelup iodin povidon 10%.

Dorsumsisi, Tehnik Konvensional Dorsal Slit Operation

Dorsumsisi ( Dorsal Slit Operation )
TEKNIK KONVENSIONAL (DORSUMSISI)
Teknik Dorsumsisi adalah teknik sirkumsisi dengan cara memotong preputium pada bagian dorsal pada jam 12 sejajar sumbu panjang penis ke arah proksimal, kemudian dilakukan pemotongan sirkuler kekiri dan kekanan sejajar sulcus coronarius.
Keuntungan
  • Kelebihan kulit mukosa bisa diatur
  • Resiko menyayat/memotong penis lebih kecil
  • Mudah mengatur panjang pendek pemotongan mukopsa
  • Tidak melukai glan dan frenulum
  • Pendarahan bisa cepat diatasi
  • Baik untuk penderita fimosis/paraphimosis.
  • Baik untuk pemula.(tehnik yang paling aman)
Kerugian :
  • Pendarahan relative lebih banyak.
  • Teknik sulit dan lebih rumit
  • Insisi sering tidak rata, tidak simetris.
  • Waktu lebih lama.
Urutan / Tahapan Tehnik
  1. Tandai batas insisi dengan menjepit kulit prepusium dengan klem/pinset.

image

image
  • Prepusium dijepit klem pada jam 11, 1 dan jam 6 ditarik ke distal.
  • Preputium dijepit dengan klem bengkok dan frenulum dijepit dengan kocher
  • Preputium diinsisi pada jam 12 diantara jepitan klem dengan menggunakan gunting kearah sulcus coronarius, sisakan mukosa kulit secukupnya dari bagian distal sulcus pasang tali kendali
    image
    image
  • Pindahkan klem (dari jam 1 dan 11 ) ke ujung distal sayatan (jam 12 dan 12’)
    Insisi meingkar kekiri dan kekanan dengan arah serong menuju frenulum di distal penis (pada frenulum insisi dibuat agak meruncing (huruf V), buat tali kendali )
  • Buat tali kendali pada jam 3 dan 9
  • Gunting dan rapikan kelebihan mukosa
  • Rawat perdarahan yang terjadi image
    image
    HEMOSTASIS
    Perawatan perdarahan di lakukan dengan mencari sumber perdarahan dengan menghapus daerah luka dengan menggunakan kasa, bila di dapatkan sumber perdarahan segera di jepit dengan klem/pean arteri kecil. Tarik klem, ligasi dengan mengikat jaringan sumber perdarahan dengan catgut. Potong ikatan sependek mungkin. Cari seluruh sumber perdarahan lain dan lakukan hal yang serupa.
    Jika anda mempergunakan flashcutter, cukup menyentuh pendarahan dengan probe bipolar, seketika langsung terhenti.
    WOUND SUTURE
    Jahitan Frenulum Frenulum biasanya dijahit dengan matras horizontal atau boleh dengan matras 8 (cross) ataupun matras horizontal. Setelah dijahit sisakan benang untuk digunakan sebagai kendali.·
    Jahitan Dorsal
    Jahitan pada dorsal penis mengunakan jahitan simpul. Sisakan benang untuk dibuat tali kendali. (Gambar 18 Simpul pada jam 12)·
    Jahitan bagian kulit mukosa yang lain
    Dengan menggunakan kendali untuk mengarahkan posisi penis jahit sekeliling luka dengan jahitan simpul (jam 12). Jahitan simpul bisa dilakukan pada jam 3 dan 9 atau jam 2,4, 8 dan 10. Tidak diianjurkan Mengikatnya terlalu erat. Tidak dianjurkan menggunakan jahitan jelujur (Continuous Suture). Bila telah dijahit semua maka lihat apakah ada bagian yang renggang yang memerlukan jahitan.
    WOUND CARE
    Setelah selesai di jahit olesi tepi luka dengan betadine, bila perlu beri dan olesi dengan salep antibiotik.
    Perawatan luka bisa dilakukan dengan metode tertutup atau terbuka.
    Metode terbuka (Open Care )
    Perawatan ini bisa dilakukan bila ada jaminan penderita mampu menjaga kebersihan luka. Setelah diolesi betadine dan salep antibiotika biarkan secara terbuka (dianjurkan urologi).
    Metode tertutup (Close Care)
    Setelah diberi betadine dan salep antibiotika, berikan sufratule secara melingkar. Tutup denga kasa steril, ujung kain kasa dipilin sebagai tempat fiksasi supra pubic dengan menggunakan plester (Balutan Suspensorium) atau biarkan berbentuk cincin (Balutan Ring).
    POST OPERATION CARE
    Medikamentosa
    Analgetika : Antalgin 500mg PO 3dd1
    Asam Mefenamat 500mg PO 3dd1
    Antibiotika : Amoksisilin 500mg PO 3dd1
    Eritromisin 500mg 3dd1
    Roboransia : Vitamin B Complex
    Vitamin C
    Edukasi
    Luka dalam 3 hari jangan kena air.
    Hati hati dengan perdarahan post circumsisi, bila ada segera kontrol
    Perbanyak istirahat
    Bila selesai kencing hapus sisa air kencing dengan tisue atau kasa
    Perbanyak dengan makan dan minum yang bergizi terutama yang banyak mengandung protein, tidak ada larangan makan.
    Setelah 3-5 hari post circumsisi buka perban di rumah segera kontrol.

    Khitan klasik atau sirkumsisi taknik standar, konvensional.

    Sirkumsisi taknik standar, konvensional.
    potong-konfensional-300x245Khitan metode ini merupakan khitan standar yang paling kuno namun masih banyak dipakai sampai saat ini, baik oleh tenaga medis maupun non medis (paraji sunat ,calak (Jawa), dll). Di Sunda dikenal dengan sebutan sopak lodong.

    Keuntungan.

    - Peralatan lebih murah dan sederhana, sudah banyak dikenal masyarakat.
    - Biaya relative lebih murah.
    Kerugian atau resiko :

    - Resiko glan terpotong / tersayat sangat tinggi, terutama jika sayatan dibawah koher.
    - Proses memakan waktu cukup lama, kurang cocok untuk acara khitan masal yang lagi marak terahir ini.
    - Mukosa kadang lebih panjang sehingga membutuhkan pemotongan ulang.
    - Bisa terjadi nekrosis jika jepitan koher terlalu lama .
    - Resiko pendarahan operasi relative sangat tinggi,demikian halnya paska operasi.
    Teknik khitan standar ( konvensional )

    1. Tandai batas insisi
    2. Pasang klem pada jam 12 dan 6 ditarik ke distal sampai teregang.
    3. Urutlah glans seproksimal mungkin dan fiksasi glans dengan tangan kiri.
    4. Jepit koher pada batas yang telah kita tandai dengan arah melintang miring (sekitar 40 derajat) antara jam 12 dan 6 ( jam 6 lebih distal)
    5. Yaskinkan bahwa glans tidak terjepit.
    6. Gunting / sayat dengan bisturi dibagian atas atau bawah koher.
    7. Lepaskan koher dan munculkan kembali glans.
    8. Rapikan sayatan terutama jika mukosa masih panjang.

    Kontra Indikasi Khitan

    Hemofilia
    Salah satu kelainan yang merupakan kontraindikasi dilakukannya khitan ( sirkumsisi, circumcision ) adalah penyakit Hemofilia, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh karena kurangnya faktor pembekuan darah.
    Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.
    Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan ( bawaan ) yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.
    Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
    Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
    Hemofilia A dan B
    Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :
    Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
    Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
    Hemofilia kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

    Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :
    Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada
    Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
    Bagaimana ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi?
    Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar 2).
    Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentukan perdarahan.
    image
    a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
    b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
    c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
    d. Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.
    image
    a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
    b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
    c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
    d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.
    Seberapa banyak penderita hemofilia ditemukan ?
    Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan, yaitu 1 di antara 50.000 orang.
    Siapa saja yang dapat mengalami hemofilia ?
    Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa.
    Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. (Lihat penurunan Hemofilia)
    Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan, akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama kelahirannya.
    Tingkatan Hemofilia
    Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :
    Klasifikasi
    Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah
    Berat
    Kurang dari 1% dari jumlah normalnya
    Sedang
    1% - 5% dari jumlah normalnya
    Ringan
    5% - 30% dari jumlah normalnya

    Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
    Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan.
    Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
  • Kapan Kita Butuh Antibiotik?

    KOMPAS.com — Pada dasarnya, dokter memiliki panduan pertanyaan untuk memberikan antibiotik. Hanya saja kendala yang paling sering dihadapi adalah membedakan infeksi virus dengan infeksi bakteri ringan atau moderat sebab gejalanya hampir sama.

    Akan tetapi, sebenarnya, dari gejala-gejala yang umum, dokter berdasarkan ilmu dan pengalamannya bisa dengan tepat menentukan pemberian antibiotik. Bagi kita, penting juga untuk mengetahui pertimbangan apa saja yang membuat dokter memberikan antibiotik agar kita bisa mengonsumsinya secara tepat. Sebab ini adalah obat yang jika dikonsumsi tidak sesuai aturan atau kurang tepat peruntukannya bisa menimbulkan efek samping. Jadi, yang perlu kita perhatikan saat mendapatkan resep antibiotik adalah:

    Panas tinggi: suhu badan yang tinggi, dengan rasa linu di seluruh tubuh, dan disertai dengan tubuh yang gemetar seperti mengigil bisa jadi adalah infeksi karena bakteri. Biasanya gejala ini akan membuat dokter meresepkan antibiotik karena merujuk pada infeksi akibat bakteri.

    Akan tetapi, suhu tubuh yang tinggi juga akan dialami oleh orang yang terkena infeksi akibat virus, seperti flu. Itu mengapa, jika demam masih kurang dari tiga hari, sebaiknya jangan langsung meminta antibiotik sebab bisa jadi itu infeksi karena virus.

    Berapa lama rasa sakit sudah kita rasakan. Jika selama lebih dari tiga hari panas tubuh tak kunjung berhasil diredam dengan obat penurun panas, dokter akan meminta kita melakukan pemeriksaan darah. Dari sini akan terlihat apakah suhu tubuh yang meninggi itu disebabkan oleh bakteri atau virus. Dari situ juga akan ditentukan antibiotik apa yang cocok bagi kita jika panas disebabkan oleh bakteri.

    Apa warna lendir dari hidung kita. Jika lendir dari hidung atau ingus kita bening, itu disebabkan oleh virus yang biasanya menyebabkan flu. Namun, jika bewarna hijau atau kekuningan, itu pertanda adanya bakteri dalam saluran pernapasan kita. Sebenarnya warna ingus sedikit tidak bisa dijadikan panduan sebab pada jenis infeksi pernapasan tertentu warnanya juga bisa menjadi kehijauan. Hanya saja warna ingus ini bisa menjadi salah satu pertimbangan dokter untuk memberikan resep antibiotik atau tidak.

    Radang tenggorokan. Meski tenggorokan terlihat berwarna merah menyala, sebenarnya bukan itu yang dicari dokter ketika ingin memberikan resep antibiotik. Adalah spot putih yang merupakan tanda adanya bakteri menyerang tubuh kita. Jika ini ada, dokter akan mempertimbangkan pemberian antibiotik.

    Selain tenggorokan, biasanya warna lidah kita pun akan menjadi referensi dokter. Lidah yang berwarna putih pucat biasanya akan mengindikasikan ada infeksi akibat bakteri.

    Pada dasarnya, dokter akan menuliskan resep antibiotik ketika melihat hasil laboratorium. Bisa dari sampel darah, lendir di atas lidah, ludah, dan ingus. Sampel ini akan diteliti untuk kemudian dilihat apa sebenarnya yang membuat tubuh kita kesakitan. Jadi, jika dokter meresepkan antibiotik, jangan ragu untuk bertanya hasil laboratorium mana yang menunjukkan adanya serangan bakteri. Dan, ingat untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dosis hingga habis. Sebab, jika tidak, saat bakteri sejenis kembali menghampiri, sistem kekebalan tidak terbentuk sempurna.

    Gonore Makin Sulit Diobati

    Kompas.com - Gonore merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Bilamana tidak diobati, infeksi akut ini bisa menjadi kronis dan menjalar ke organ tubuh lain. Sayangnya, antibiotika kini makin tidak mempan untuk melawan bakteri Neisseria gonnorrhoeae penyebab gonore.
    Para dokter di Inggris menyatakan antibiotika yang bianya dipakai untuk mengobati gonore atau kencing nanah ini tidak lagi efektif karena bakteri Neisseria ini kini semakin kebal. Para ahli bahkan menyebut kini sudah sampai pada titik penyakit ini tidak bisa diobati, paling tidak sampai obat baru ditemukan.
    Padahal, bila tidak diobati gonore pada pria dapat mengarah pada terjadinya epididimitis. Sedang pada perempuan, penyakit ini dapat menjalar ke rahim dan saluran indung telur, yang mengakibatkan radang panggul. Penyakit radang panggul sendiri bisa menyebabkan kemandulan.
    Untuk saat ini para ahli kesehatan menyarankan agar dokter berhenti menggunakan terapi konvensional yakni dengan antibiotik cefixime dan menggantinya dengan dua antibiotik yang lebih kuat, satu dengan pil dan satunya lewat suntikan. Tindakan ini dilakukan karena meningkatnya resistensi bakteri.
    Dalam penelitian di laboratorium terungkap, bakteri Neisseria gonorrhoeae, memiliki kemampuan tak biasa untuk beradaptasi dan menjadi kebal pada beberapa jenis antibiotik, antara lain penisilin, tetrasilin, ciprofloxacin dan kini cefixime.
    Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan agar pengobatan antibiotik lini pertama diganti jika kesembuhan pasien tidak mencapai 5 persen.
    Prof.Cathy Ison, pakar gonorea dari Inggris mengatakan, hasil penelitian di lab menunjukkan penurunan dramatis dari sensitivitas obat yang sering dipakai untuk mengobati gonore.
    "Kami sangat khawatir dengan hasil ini karena itu perlu dibuat rekomendasi panduan baru dalam pengobatan gonore untuk penggunaan obat baru yang lebih efektif," katanya.
    Kendati begitu, ia menambahkan bahwa tindakan itu mungkin tidak menyelesaikan masalah. "Sejarah menunjukkan resistensi pada obat ini akan terjadi juga. Karena tidak ada terapi alternatif yang ada, kita menghadapi situasi di mana gonore tidak bisa diobati," imbuhnya.
    Ia menegaskan, saat ini yang bisa dilakukan adalah melakukan pencegahan dengan cara mempraktikkan seks yang aman. "Jika obat baru tidak bisa ditemukan, cara yang bisa kita lakukan untuk mengendalikan infeksi ini adalah melakukan pencegahan," ujarnya

    Jumat, 14 Oktober 2011

    "Vagina Toilet", Mencuci Vagina Sendiri

    KOMPAS.com – Vagina toilet sendiri atau “valeri” mungkin masih terdengar asing di telinga Anda. Ini merupakan rangkaian kegiatan membersihkan organ intim wanita yang telah aktif secara seksual. Karena itu, manfaatnya sangat besar bagi kesehatan reproduksi wanita.

    Meski awalnya kegiatan ini lebih baik dilakukan dokter yang terlatih, Anda pun bisa melakukannya sendiri. Mudah kok, usai diajarkan, tinggal berlatih, selesai.

    Pertama–tama, siapkanlah air bersih (sebaiknya memakai air kemasan), handuk bersih, pastikan Anda tidak sedang haid, bersihkan ujung kuku dan potong kuku agar pendek dan tidak tajam saat membersihkan, jika Anda sedang sakit tundalah kegiatan ini dan konsultasikan ke dokter.

    Setelah semua persiapan selesai, bersihkan tangan dengan sabun, rilekskan diri, berdiri rileks dengan satu kaki ditumpu di atas kloset duduk dan satu di lantai. Anda juga bisa melakukan posisi lain sesuai yang Anda mau.

    Mulailah dengan mengguyur area luar vagina, lalu di kedua lipatan bibir luar dan dalam vagina dengan air bersih mengalir, bila diperlukan bisa menggunakan sabun. Setelah itu regangkanlah bibir labia luar dan dalam hingga menemukan liang vagina dan mulailah membersihkan dan mengguyur liang vagina dengan air bersih mengalir. Perlu diingat bahwa di bagian ini Anda tidak boleh menggunakan sabun untuk membersihkannya. Perlahan letakkanlah jari tengah dengan lembut di liang vagina dan dalam kondisi rilaks masukkan dengan sangat lembut jari tengah Anda ke dalamnya hingga menyentuh serviks/rahim Anda.

    Lanjutkanlah pembersihan dengan menelusuri seluruh serviks, forniks hingga seluruh dinding vagina dengan gerakan melingkar dan mengusap lembut sambil mengarahkan jari tengah keluar vagina.

    Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan berlendir dengan air mengalir. Untuk membersihkannya dapat dibantu ibu jari. Bila jari tengah sudah bersih, masukkan lagi jari ke liang vagina dan ulangi gerakan pembersihan tadi sampai tidak lagi terdapat kotoran di seluruh bagian dari organ intim atau sampai jari tengah merasakan kesat.

    Perlahan keluarkanlah jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan jari tengah, tangan dan bibir labia luar vagina dengan sabun dan air bersih. Setelah itu keringkan dengan handuk bersih dengan menempelkan dan menekan dengan lembut, tidak perlu Anda usap– usapkan.

    Lakukanlah metode ini kapanpun dan dimanapun diinginkan. Utamakan setelah melakukan hubungan intim serta secara rutin lakukanlah setelah 2 – 3 hari “bersih “ dari menstruasi. Minimal rutinkanlah seminggu sekali saat Anda sedang tidak haid. Jangan lupa jika Anda menemukan kelainan segera hubungi dokter untuk membicarakannya lebih lanjut.
    oleh Dr. Intan Airlina Febiliawanti

    7 Cara Cerdaskan Otak Anak

    KOMPAS.com – Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh sehat dan cerdas. Salah satu faktor untuk mewujudkannya adalah pengaruh lingkungan atau pola asuh orang tua.
    Sering muncul pertanyaan, apakah mungkin untuk mengasah kecerdasan anak pada tahap awal agar kelak saat ia dewasa menjadi seorang yang jenius? Kabar baiknya adalah Ya! Semua yang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan otak bayi terletak pada orang tuanya.
    Berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda mulai untuk mengasah kecerdasan otak si buah hati, terutama pada dua tahun pertama kehidupannya.
    * Mulai sejak dini
    Mulailah sejak dini bahkan sebelum ia dilahirkan. Caranya dengan memastikan calon ibu memiliki kesehatan yang baik dan cukup gizi. Hindari zat berbahaya seperti alkohol, obat-obatan, rokok, dan merkuri yang diketahui berbahaya bagi perkembangan otak bayi Anda. Penuhi kebutuhan gizi khusus untuk perkembangan otak bayi, seperti asam folat dan minyak ikan. Banyak obat yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Jadi konsultasikan dulu dengan dokter Anda sebelum mengambil obat-obatan tertentu.
    * Pemberian ASI
    ASI mengandung nutrisi tak terhitung yang penting untuk pertumbuhan bayi. Salah satu unsur terpenting itu adalah asam docosahexaenoic (DHA), yang merupakan asam lemak esensial yang baik untuk perkembangan otak. Banyak perusahaan pemasaran makanan telah mencoba untuk meniru bahan ini di laboratorium dan menambahkannya ke makanan bayi. Tapi belum ada yang bisa menyamai DHA alami seperti yang terdapat dalam ASI.
    * Membacakan cerita
    Meski bayi mungkin belum memahami isi cerita yang Anda bacakan, namun membaca terus-menerus akan membantu bayi untuk mendengar, mengenali kata-kata dan artinya. Proses ini penting dalam membantu cara bicara dan membangun kosa kata bayi.
    * Berikan mainan cerdas
    Mainan memainkan peran penting dalam perkembangan otak bayi Anda. Kuncinya, memilih mainan dan kegiatan yang tepat harus sesuai dengan tahap perkembangan biologi anak. Pilih mainan sederhana yang tidak membuat bayi frustasi. Belikan mainan buka tutup untuk menggasah imajinasi serta membantu membangun koordinasi antara mata dan tangan.
    * Bermain tanda
    Ajaklah bayi Anda mempelajari tanda-tanda ketika menginjak usia 4 (empat) bulan. Penelitian menunjukkan bahwa menggunakan bahasa isyarat mengarah ke peningkatan dalam bahasa lisan serta IQ yang lebih tinggi.
    * Kenalkan bahasa asing
    Pada usia yang tepat, perkenalkan anak Anda untuk mendengar suara dan kosakata dari bahasa asing. Memutar DVD bahasa asing, bisa meningkatkan kosakata anak Anda. Beberapa penelitian menunjukkan pengenalan bahasa asing sebaiknya dimulai setelah anak lancar berbahasa ibu.
    * Kontak fisik
    Belaian dan sentuhan Anda kepada bayi sangat penting untuk pertumbuhan emosionalnya. Membelai rambut, tungkai dan tubuh juga membantu membuat koneksi neurologis yang penting untuk perkembangan otak. Ini juga akan membantu memperkuat ikatan Anda dengan bayi Anda.

    3 Telur Seminggu, Picu Kanker Prostat?

    KOMPAS.com - Dalam sebutir telur terdapat beragam nutrisi penting mulai dari protein, vitamin, mineral, antioksidan, dan lemak baik. Namun sebuah riset terbaru mengklaim, makan tiga telur dalam seminggu secara signifikan dapat meningkatkan risiko seorang pria meninggal akibat kanker prostat.
    Para peneliti menemukan bahwa pria yang mengkonsumsi lebih dari 2,5 butir telur setiap minggunya berpeluang mengidap kanker prostat sebesar 81 persen.
    Menurut mereka, kerusakan mungkin disebabkan oleh kandungan sejumlah besar kolesterol atau kolin (nutrisi yang membantu sel berfungsi dengan baik) yang ditemukan dalam telur. Temuan tersebut berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim peneliti asal Harvard School of Public Health, Boston, yang meneliti kebiasaan makan 27.000 orang selama periode 14 tahun.
    Hasil penelitian tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah daging yang dikonsumsi dengan risiko tumor. Tetapi jumlah kematian yang tinggi akibat kanker justru ditemukan pada mereka yang mengaku banyak mengonsumsi telur.

    Ketika Jantung Dipasangi "Cincin"

    Kompas.com - Kabar mengenai tindakan "operasi" jantung yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa hari terus beredar. Meski sudah dibantah oleh pihak istana, namun publik terlanjur penasaran dengan tindakan kateterisasi jantung yang disebut-sebut dilakukan oleh SBY tersebut.
    Kateterisasi jantung atau nama lengkapnya angioplasti koroner yang diikuti dengan PTCA (Percutaneus Transluminal Coronary Angioplasti) atau pun PCI (Percutaneus Coronary Intervention) sebenarnya merupakan prosedur untuk melebarkan pembuluh darah koroner yang menyempit atau tersumbat.
    Penyempitan atau sumbatan pada pembuluh darah itu selain bisa menimbulkan serangan jantung, juga akan menimbulkan angina (nyeri pada dada) dan penyakit lain yang berhubungan dengan jantung.
    Penyempitan atau pun sumbatan pembuluh darah sebenarnya hasil dari proses bertahun-tahun peradangan kronis pembuluh darah koroner, yakni terbentuknya endapan di pembuluh darah yang disebut plak aterosklerosis. Proses ini awalnya berjalan diam-diam, tidak menimbulkan gejala klinis, sehingga seseorang tidak akan merasakan apa yang terjadi di dalam dinding pembuluh darahnya.
    Serangan jantung atau angina merupakan puncak dari perjalanan panjang penumpukan plak. Jika ada faktor risiko penyakit jantung koroner lainnya, seperti merokok, kegemukan, kurang beraktivitas, atau ada riwayat keluarga, maka proses penumpukan plak lemak itu berkembang lebih cepat.
    Tindakan rutin
    Tindakan katerisasi jantung sendiri menurut dr.Ari F.Syam, Sp.PD, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, bukanlah tindakan operasi. "Yang disebut tindakan operasi pada pembuluh darah jantung koroner adalah tindakan operasi bypass," katanya dalam surat elektronik yang diterima Kompas.com.
    Menurutnya, katerisasi jantung yang diikuti dengan pemasangan cincin (stent) di pembuluh darah koroner adalah hal yang rutin dilakukan di rumah sakit besar di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
    "Tindakan ini bukan tindakan  operasi, untuk pemeriksaan dan tindakan ini tidak butuh perawatan lama dan bisa segera beraktifitas. Saya sendiri pernah mengalami tindakan kateterisasi jantung beberapa tahun yang lalu dan hanya satu hari," paparnya.
    Sesudah tindakan pun pasien bisa langsung beraktivitas seperti biasa dan tidak ada pembatasan aktivitas baik yang sedang atau pun berat.
    "Terlepas apa yang sebenarnya terjadi pada Pak SBY, saya hanya menyampaikan beberapa tokoh-tokoh dunia baik sedang aktif memimpin negara maupun sudah tidak menjabat mengalami permasalahan dengan jantungnya, misalnya Bill Clinton yang pernah menjalani operasi bypass juga Dick Chenney saat menjadi Wapres AS pernah melakukan PTCA juga," imbuhnya.
    Prosedurnya
    Prosedur PTCA atau PCI dilakukan dengan menyuntikkan anestesi ke pangkal lengan atau pangkal paha dalam. Setelah itu dokter memasukkan selang kecil yang lentur (kateter) sebagai pemandu ke dalam tungkai atau lengan. Dibantu gambar pada monitor, dokter memandu kateter menuju arteri yang tersumbat atau menyempit dalam jantung.
    Selanjutnya, kateter kedua yang lebih sempit dengan balon atau stent pada ujungnya dimasukkan melalui kateter pertama. Ketika ujung kateter kedua itu mencapai sumbatan di dalam arteri koroner, balon kemudian ditiupkan untuk memperlebar bagian yang menyempit.
    Stent atau cincin yang dipasang di arteri terbuat dari jalinan tabung logam kecil yang akan bekerja sebagai penopang untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terbuka. Diharapkan pelebaran ini bisa permanen.
    Dalam buku Mayo Clinic disebutkan keseluruhan prosedur pemasangan stent atau balonisasi berlangsung selama 30 menit sampai dua jam.
    Menurut Ari, sebenarnya tidak ada salahnya jika pemberitaan mengenai sakitnya tokoh dunia disampaikan kepada publik. "Apalagi jika tindakan tersebut berhasil akan menambah kepercayaan masyarakat atas tim dokter dalam negeri yang telah melakukan tindakan tersebut," ujarnya.
    Namun, ditambahkan olehnya diumumkan atau tidak kondisi kesehatan seseorang adalah hak pasien dan menjadi rahasia kedokteran bagi tim dokter yang merawat pasien tersebut

    Askep Apendiksitis


    LANDASAN TEORI
    APENDIKSITIS

    A.    Konsep Dasar Medis
    1.      Defenisi
    a.       Apendisitis adalah inflamasi pada apendiks yang disebabkan obstruksi, parasit, hiperplasia limfoid atau malfungsi pembukaan katup apendiks. (Monahan, 1999, hal 1063).
    b.      Apendisitis adalah peradangan pada apendiks dikarenakan obstruksi fekalit dan dapat menimbulkan nekrosis, ganggren dan perforasi.
    (Price, Wilson hal 316).
    c.       Apendisitis adalah peradangan akibat reaksi hebat apendiks terhadap infeksi atau benda asing (Jhonson, 2000, hal 69).
    d.      Apendisitis adalah inflamasi apendiks yang biasanya terdapat pada remaja dan dewasa muda (Black&Jacobs, 1993, Hal. 1635).
    2.      Anatomi Fisiologi
    a.       Lambung dan duodenum
    Lambung terletak di kiri dan kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, bila penuh berbentuk seperti buah alpokat raksasa, kapasitas normal lambung 1-2 liter.
    Secara anatomis lambung terbagi atas : Fundus, korvus, dan antrum pilorikum/pilorus. Sebelah kanan atas terdapat cekungan kurvatura minor dan sebelah kiri kurvatura mayor. Spingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluaran dan pemasukan. Spingter esofagus mengalirkan makanan masuk ke dalam lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali.
    Di saat spingter pilorus berelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, ketika kontaksi spingter ini akan mencegah terjadi aliran balik ke usus halus ke dalam lambung.
    Di dalam lambung terdapat tiga lapisan muskularis yang tersusun, lapisan longitudinal di bagian luar, lapisan sirkular di tengah, dan lapisan oblik di bagian dalam. Susunan serat otot yang unik ini memungkinkan kontraksi yang diperlukan untuk memecahkan makanan menjadi partikel-partikel yang kecil mengaduk makanan dan mencampur dengan cairan lambung dan mendorongnya ke arah duodenum.
    Kelenjar gastrik tiga tipe utama sel-sel simogenik atau chief cells mensekresikan pepsinogen. Pepsinogen diubah menjadi pepsin dalam suasana asam. Sel-sel parietal mensekresikan asam hidroklorida dan faktor intrinsik yang diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 di dalam usus.
    Kekurangan faktor intrinsik mengakibatkan anemia pernisiosa. Hormon gastrin diproduksi oleh sel G yang terletak di daerah pilorus lambung..gastrik meransang kelenjar gastrin  meransang kelenjar untuk menghasilkan asam hidrokloridra dan pegsirogen
    b.      Usus halus/usus kecil
    Usus halus merupakan tabung kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai katub ileosekal. Panjangnya 12 kaki usus ini mengisis bagian tengah dan bawah rongga abdomen. usus halus dibagi:Duodenum, jejenum, dan ileuDuodenum panjangnya 25 cm mulai dari pilorus sampai jejenum diantaranya ada ligamentum treita. Kira-kira dua perlima bagian terminal adalah ileum masuknya kimus kedalam usus diatur oleh spingter pilorus, sedangkan pengeluaran zat yang telah dicerna kedalam usus besar diatur oleh katub ileosekal. Katub ileosekal juga mencegah refluks isi usus besar kedalam usus halus.
    Apendiks vermiformis merupakan tabung bantu berukuran sekitar 1 cm yang terletak pada ileosekal pada apeksikum. Dinding usus halus terdiri 4 lapisan dasar paling luar, lapisan serosa, viseral dan parietal. Lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, meliputi visera abdomen. perotoneum mempunyai lipatan mesenterium yang menggantung jejenum yang memungkinkan usus bergerak dengan leluasa. Mesenterium menyokong pembuluh darah dan limfe yang mensuplai usus. Omentum mayusmengandung banyak lemak dan kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum minus salah satu fungsi mencegah pergesekan antara organ yang berdekatan dengan mensekresi cairan ser (Sylvia A Price, 1997, hal 390).
    c.       Usus besar
    Usus besar merupakan tabung muskular  berongga dengan panjang sekitar 5 kaki(sekitar 1,5 meter) yang terbentang dari sekum sampai karalis, diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm) tetapi semakin dekat anus  diameter nya semakin kecil.
    Usus besar dibagi menjadi tiga bagian yaitu sekum kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katub ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum, sekum menempati sekitar 2-3 inci pertama dari usus besar. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, tranversum desendens dan sigmoid. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan S dan kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian terakhir usus besar dinamakan rektum terbentang dari kolon sigmoid sampai anus (Sylvia A Price, 1997, hal 390).
    Usus besar secara klinis dibagi menjadi 2 bagian yaitu belahan kiri dan kanan sejalan dengan suplai darah yang diterima. Arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum,, kolon asenden dan dua pertiga proksimal kolon tranversum). Arteri mesenterika inferior memperdarahi belahan kiri (sepertiga distal kolon tranversum. Desendens dan sigmoid bagian proksimal rektum)
    Persarafan usus besar dilakukan oleh sisitem saraf otonom kecuali sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol volunter. Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus yang paling penting adalah adalah mengabsorpsi air dan elektrolit yang makin lengkap dengan kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menamfung masa feces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon mengabsorpsi sekitar 600 ml, usus halus mengabsorpsi sekitar 8000 ml, jadi kapasitas absorpsi usus besar 2000 ml/hari.
    Pencernaan yang terjadi diusus besar yang terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan karena kerja enzim bakteri usus besar mensintesir vitamin k dan vitamin B, pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino, peptida, indol, skatol, tenol dan asam lemak, pembentukan berbagai gas NH3, Co2.H2, H2s dan cH4 membantu pembentukan flatusdikolon.
    Pada umumnya pergerakan usus besar lambat, yang khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong haustra terenggang otot sirkular berkontraksi untuk mengosongkan. Pergerakan tidak progresif menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik, meremas-remas memberi waktu untuk absorpsi.
    Terdapat dua jenis peristaltik propulsif: (1) kontakri lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen progsimal dan bergerak kedepan menyumbat beberapa haustra: (2) peristaltik masa, merupakan kontraksi  yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakan masa feces kedepan akhirnya merangsang defekasi.
    Propulsi feses kerektum menmgakibatkan disfusi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi (buang air besar). Defekasi dikendalikan oleh sfingter ciri eksterna dan interna. Sfingter eksterna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sfingter eksterna dibawah kontrol volunter. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen skralis kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut para simpatis mencapai rektum
    (Sylvia A. Price, 1997 hal: 410).
    3.      Etiologi
    a.   Obstruksi oleh fekalit.
    Adanya masa yang berasal dari feses masuk kedalam saluran apendiks dan menyebabkan terjadinya sumbatan.
    b.  Parasit.
    Invasi bakteri lain akan menimbulkan peradangan sebagai sitem pertahanan.
    c.   Hiperplasia limfoid.
    d.  Reaksi terhadap infeksi.
    e.   Malfungsi katup apendiks/ kemacetan.
    4.      Patofisiologi
    Apendisitis adalah perangan umbai cacing apendiks, terlokasi dekat katub ileosekal. Perangan dapat ditimbulkan oleh obstruksi fekalit (masa mirip batu yang terbentuk dari feses), infeksi basil atau steptokokus, atau kekakuan apendiks dapat terkena. Ketika apendiks sumbat, tekanan intraluminal meningkat, terjadi penurunan drainase vena. Dengan diawali obstruksi, terjadi peningkatan hiperemia, hangat, penimbunan eksudat yang menjadi gangren. Obstruksi, septikemia, nekrosis dan trombosis dapat terjadi sebagai akibat lanjutan sehingga dapat timbul peritonitis. Meskipun gejala apendisitis akut (anoreksia, mual, muntah disertai nyeri abdomen pada titik Mc burney/setengah diantara umbilikus dan iliaka kanan) umum ditemui, banyak gejala yang dapat terjadi pada bagian abdomen lain akibat dari peradangan apendiks. Peradangan ini juga mengakibatkan demam derajat rendah dan leukositosis.
    Obstruksi fekalit, invasi parasit, infeksi
     
    Patoflodiagram




     
























    Sumber :

    Long et.al (1993), hal 960. black & Jacobs (1993), hal 1635. monahan & Neighbors (1998), hal 1063.
    5.      Manifestasi Klinis
    a.       Nyeri abdomen kuadran kanan bawah (RLQ), biasanya ditimbulkan oleh demam rendah, mual, kadang muntah.
    b.      Nyeri tekan di titik Mc. Burney pada palpasi ringan / dalam.
    c.       Nyeri lepas pada lokasi apendiks, bisa serupa spasme otot dan dapat timbul diare atau konstipasi.
    d.      Jika ada ruptur apendiks, nyeri akan semakin kuat.
    e.       Distensi abdomen dapat disebabkan dari ileus paralitik.
    6.      Pemeriksaan Diagnostik
    a.       Didasari oleh pemeriksaan fisik
    b.      Leukosit lebih dari 10.000/mm3, neutrofil lebih dari 75 %.
    c.       USG dan rontgen abdomen untuk melihat adanya peradangan pada apendiks.
    7.      Komplikasi
    a.       Peritonitis
    Kebocoran isi usus kedalam rongga abdomen menyebabkan terjadinya infeksi pada peritonium.
    b.      Ruptur
    Sebagai akibat lanjutan dari reaksi peradangan.
    c.       Abses
    Akibat lanjutan reaksi peradangan
    d.      Trombosis
    e.       Septikemia
    Akibat lanjutan dari infeksi.
    f.       Ileus paralitik
    8.      Penatalaksanaan.
    a.       Pembedahan untuk mengurangi resiko perforasi.
    b.      Pemberian antibiotik dan cairan intravena sampai dilakukan pembedahan.
    c.       Pemberian analgesik.

    B.     Konsep Dasar Keperawatan
    1.      Pengkajian
    Konsep dasar keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
    a.           Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
    Data subjektif           : Mewawancarai klien tentang bagaimana klien menganggap kebersihan terhadap dirinya terutama keadaan lingkungan dan terhadap makanan, menanyakan riwayat kesehatan dalam keluarga, apa upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kebersihan dan pencegahan penyakit.
    Data objektif     : Mengkaji kebersihan seluruh tubuh
    b.          Pola nutrisi metabolik
    Data subjektif           :Mewawancarai klien tentang kebiasaan makanan dan minuman sehari-hari dan menanyakan bagaimana kenaikan berat badan..
    Data objektif             :Mengkaji gambaran nutrisi tubuh atau berat badan, kebiasaan makan, nilai kebersihan badan sendiri.
    c.           Eliminasi
    Data subjektif           :Mengkaji kebiasaan BAB / BAK sebelum sakit, menanyakan riwayat penyakit kelamin yang pernah ada.
    Data objektif             :Mengkaji pola BAB/BAK
    d.          Pola tidur dan istirahat
    Data subjektif           :Mengkaji kebiasaan tidur sehari-hari (lama tidur malam, tidur siang) apakah ada gangguan tidur dan kebiasaan sebelum tidur.
    Data objektif               :Mengkaji tingkat kemampuan observasi mata dan ekspresi wajah.
    e.           Pola persepsi kognitif
    Data subjektif           :Mengidentifikasi tingkat interval secara umum kemampuan mengungkapkan perasaan nyaman atau nyeri dan kemampuan berfikir, penginderaan, pengecapan serta penggunaan alat bantu.
    Data objektif               :Mengobservasi kemampuan pendengaran, penginderaan, pengecapan serta penggunaan alat bantu
    f.           Pola persepsi kognitif
    Data subjektif           :Mengidentifikasi bagaimana anggapan klien terhadap perubahan berhubungan dengan penyakit yang mengganggu citra tubuhnya, apakah klien ada putus asa atau merasa rendah diri.
    Data objektif               :Mengkaji kemampuan dan keamanan atau partisipasi klien dalam tindakan keperawatan.
    g.          Pola peran dan hubungan dengan masyarakat
    Data subjektif           :Mengidentifikasi hubungan klien dengan sesama, saudara atau keluarga, cara klien untuk mengungkapkan masalah pada teman atau keluarga serta dukungan dalam menghadapi penyakit.
    Data objektif               :Klien berhubungan dengan keluarga dan saudaranya..
    h.          Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
    Data subjektif           :Mengidentifikasi respon emosi klien pada saat klien menghadapi masalah atau stres klien dan bagaimana klien mengungkapkan atau melampiaskannya.
    Data objektif               :Mengkaji ekspresi wajah klien.
    i.            Pola sistem kepercayaan
    Data subjektif           :Bagaimana kepercayaan dan kegiatan klien beribadah pada kepercayaan, apakah klien rajin berdoa selama sakit.
    2.      Diagnosa keperawatan
    Dalam menentukan perencanaan perlu menyusun suatu system untuk menentukan diagnosa yang akan diambil tindakan pertama kali. Salah satu sistem yang bisa digunakan adalah hirarki kebutuhan manusia “ Fyer et al, 1996 “ ( Nursalam, 2001, hal 52 ). Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang akan diidentifikasi pada diagnosa kutipan dari Fiyer, taptik dan bernocehi, 1996 ( Nursalam, 2001, hal 51), dalam pengaturan prioritas, perencanaan ada dua hirarki yang bisa digunakan:
    a.       Hirarki Maslow
    Maslow menjelaskan kebutuhan manusia dibagi dalam lima tahap: fisiologi, rasa aman dan nyaman, sosial, harga diri dan aktualitas diri. Dia mengatakan  bahwa klien memerlukan suatu tahapan kebutuhan. Jika klien menghendaki suatu tindakan yang memuaskan. Dengan kata lain kebutuhan fisiologis biasanya sebagai prioritas utama bagi klien dari pada kebutuhan lain
     ( Nursalam, 2001, hal 52).
    Dimana Maslow menggambarkan dengan skema piramida yang menunjukkan bagaimana seseorang bergerak dari pemenuhan kebutuhan dasar dari tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dengan tujuan akhir adalah fungsi dan kesehatan manusia yang terintergrasi.


    Pyramid Diagram
    Keterangan:
    a). Kebutuhan fisiologis O2, Co2, Elektrolik, makanan, sex .
    b). Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit, pencuri dan perlindungan hokum.
    c). Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima kelompok.
    d). Harga diri: dihargai dan menghargai (Respek dan toleransi).
    e). Aktualisasi diri: ingin diakui, berhasil dan menonjol
         ( Smeltzer and Bare, 2002, hal 14) 

    b.      Hirarki “ kalish”
    Kalish 1983, lebih menjelaskan kebutuhan Maslow dengan membagi kebutuhan fisiologi menjadi kebutuhan untuk “bertahan dan stimulasi”. Kalish mengidentifikasi kebutuhan untuk mempertahankan hidup: udara, air, temperatur, eliminasi, istirahat dan  menghindari nyeri, jika terjadi kekurangan kebutuhan tersebut, klien cenderung menggunakan prasarana untuk memuaskan kebutuhan tertentu, hanya saja mereka akan mempertimbangkan terlebih dahulu kebutuhan yang paling tinggi prioritasnya, misalnya keamanan dan harga diri. Di kutif dari Iyer, el al, 1996 (Nursalam, 2001, hal 53)
    Berdasarkan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan apendiks maka rencana keperawatan yang dapat dirumuskan adalah:
    1)      Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, insisi bedah.
    2)      Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah.
    3)      Gangguan keseimbangan cairan/elektrolit berhubungan dengan mual, muntah, diare.
    4)      Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
    3. Rencana keperawatan

    NO
    DIAGNOSA KEPERAWATAN
    TUJUAN / KRITERIA EVALUASI
    INTERVENSI
    RASIONAL

    1
    Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan insisi bedah.


    Tujuan :
    Nyeri berkurang sampai hilang.
    Kriteria hasil :
    Klien melaporkan nyeri berkurang, kenyamanan klien terpenuhi, ekspresi wajah rileks.

    a.           Kaji nyeri : lokasi karakteristik, berat (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
    b.          Dorong melakukan ambulasi


    c.           Alihkan fokus nyeri




    d.          Kaji analgesik yang klien pakai

    e.           Berikan analgesik sesuai indikasi
    a.       Monitor keefektifan obat kemajuan/ kemunduran terapi, menentukan tindakan lanjutan. (Doenges, 1999 hal 511)
    b.      Meningkatkan normalisasi fungsi organ, mengurangi ketidaknyamanan abdomen. (Doenges, 1999 hal 511)
    c.       Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping. (Doenges 1999 hal 511)
    d.      Mempermudah intervensi penanganan nyeri. (Ackley 2002 hal 563)
    e.       Mengontrol nyeri, mempermudah pelaksanaan intervensi lain misalnya ambulasi. (Doenges 1999 hal 512)


    2
    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan insisi bedah


    Tujuan :
    Mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan luka.
    Kriteria hasil :
    Klien tidak mengalami infeksi selama di opnama.

    a.           Awasi tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, status mental, nyeri abdomen.
    b.          Lakukan pencucian tangan yang baik, perawatan luka.
    c.           Lihat insisi dan balutan, karakteristik luka/drain dan adanya edema.
    d.          Berikan antibiotik sesuai indikasi.


    a.       Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis. (Doenges 1999 hal 509)

    b.      Mengurangi resiko penyebaran bakteri (Doenges 1999 hal 510)
    c.       Indikator proses infeksi, monitor penyembuhan luka (Doenges 1999 hal 510)
    d.      Menurunkan penyebaran dan pertumbuhan organisme (Doenges 1999 hal 512)

    3
    Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.


    Tujuan :
    Kebutuhan mempertahankan kesimbangan cairan.
    Kriteria hasil :
    klien tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi yang lebih parah selama diopnama..









    a.           Awasi tekanan darah dan nadi.


    b.          Lihat membran mukosa, catat warna urine, konsentrasi.

    c.           Auskultasi bising usus, catat kelancaran flatus, gerakan usus.

    d.          Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan peroral dimulai, lanjutkan sesuai toleransi.

    a.       Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi, volume intravaskuler. (Doenges 1999 hal 510).
    b.      Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler. (Doenges 1999 hal 510).
    c.       Indikator kembalinya peristaltik kesiapan untuk pemasukan peroral (Doenges 1999 hal 510).
    d.      Menurunkan iritasi gaster/muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan (Doenges 1999 hal 510).

    4
    Kurang pengetahuan tentang indikasi, prognosis, kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, tidak mengenal sumber informasi.


    Tujuan :
    Kebutuhan pembelajaran klien terpenuhi.
    Kriteria hasil :
    Klien/keluarga dapat mengetahui kondisi prognosis, kebutuhan pengobatan. Klien dapat bekerjasama selama di opnama.
    a.       Kaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi, misalnya angkat berat, menyetir.
    b.       Dorong aktivitas sesuai toleransi dengan periode istirahat periodik.
    c.       Diskusikan perawatan insisi.
    d.      Ajarkan klien dan keluarga teknik perawatan luka
    a.         Informasi pada klien untuk rencana kembali rutinitas biasa tanpa menimbulkan masalah baru (Doenges 1999 hal 512)
    b.        Mencegah kelemahan, mempercepat penyembuhan, kembali kriteria evaluasi aktifitas normal (Doenges 1999 hal 511)
    c.         Pemahaman meningkatkan kerjasama dengan program terapi, mempercepat penyembuhan dan proses perbaikan (Doenges 1999 hal 512)
    d.        Mencegah infeksi agar penyembuhan tidak terhambat (Carpenito 1995 hal 464)






    4.      Pelaksanaan
    Pelaksanaan merupakan perwujudan dari intervensi yang telah dibuat perawat memiliki tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan secara mandiri maupun kolaboratif dengan melibatkan klien dan keluarga serta tim kesehatan lainnya.
    5.      Evaluasi
    Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dimana fokusnya adalah untuk menentukan respon klien terhadap intervensi yang diberikan, baik respon subjektif maupun objektif, menentukan tujuan-tujuan yang sudah/belum tercapai serta menentukan tindakan selanjutnya.